Sanjaya, Santi Puspita and Prasetyo, Fery (2021) Pra Desain Pabrik Kilang Minyak Mini. Undergraduate thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Text
02211740000048_02211740000096-Undergraduate_Thesis.pdf - Accepted Version Restricted to Repository staff only until 1 October 2023. Download (7MB) | Request a copy |
Abstract
Indonesia merupakan salah satu negara dengan sumber daya alam yang sangat melimpah. Selain itu, penduduk Indonesia juga merupakan terpadat keempat di dunia. Hal tersebut berdampak pada tingginya kebutuhan energi di Indonesia. Dalam memenuhi kebutuhan energi dalam negeri, Indonesia sejauh ini masih menjadikan bahan bakar fosil sebagai sumber energi primer seperti bahan bakar minyak maupun gas. Indonesia memiliki cadangan minyak dan gas bumi yang tersebar hampir di setiap pulau. Beberapa cadangan minyak dan gas bumi di Indonesia belum dieksploitasi dengan baik dikarenakan kondisi geografis yang kurang mendukung ataupun kandungan yang ada di dalam sumber tersebut relatif kecil sehingga belum dapat diolah secara komersial. Produksi minyak bumi selama 10 tahun terakhir menunjukkan kecenderungan menurun, dari 346 juta barel (949 ribu bph) pada tahun 2009 menjadi sekitar 283 juta barel (778 ribu bph) di tahun 2018. Penurunan produksi tersebut disebabkan oleh sumur-sumur produksi utama minyak bumi yang umumnya sudah tua, sementara produksi sumur baru relatif masih terbatas. Indonesia mengimpor minyak bumi terutama dari Timur Tengah sehingga ketergantungan terhadap impor mencapai sekitar 35%. Salah satu solusinya adalah dengan membangun kilang-kilang baru dengan pengembangan konsep serta pembangunan kilang-kilang mini untuk memaksimalkan potensi cadangan minyak yang ada, menjangkau daerah terpencil, dan memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Pembangunan kilang mini sendiri mempunyai banyak keuntungan, seperti waktu desain dan konstruksi yang lebih singkat, meningkatkan quality control, konsumsi energi yang lebih kecil, tidak memerlukan area yang luas, mempermudah peningkatan keamanan kerja dan masih banyak yang lain. Pembangunan kilang mini yang lokasinya dekat dengan lapangan produksi, efektif untuk meningkatkan keekonomian lapangan marginal karena mampu menghilangkan berbagai biaya yang sebelumnya timbul dengan mekanisme transportasi dengan pipa atau trucking. Biaya-biaya tersebut, antara lain:
1) Transportation Cost, yaitu biaya yang dikeluarkan perusahaan minyak (KKKS) untuk menyalurkan crude siap lifting dari fasilitas produksi menuju terminal/titik lifting.
2) Storage Cost, yaitu biaya yang dikeluarkan KKKS untuk menyimpan/menimbun crude yang telah siap untuk di-lifting hingga waktu lifting.
3) Losses Cost, yaitu total biaya atas sejumlah volume crude yang hilang yang disebabkan oleh proses transportasi dan penyimpanan dibandingkan dengan produksi crude dalam satu tahun.
4) Operational Cost, yaitu biaya untuk mengoperasikan terminal di titik lifting.
Pabrik ini direncanakan beroperasi secara kontinu 24 jam selama 330 hari per tahun dengan kapasitas produksi 10.000 barrel per hari crude oil. Sumber crude oil berasal dari Blok Belida yang berada di Sumatera Selatan.
Proses pengolahan crude oil pada kilang minyak mini ini dibagi menjadi 4 bagian proses utama yaitu: Crude Preheating: Rangkaian proses pemanasan crude oil bertingkat dengan memanfaatkan panas yang dihasilkan oleh produk-produk atmospheric distillation. Tujuan proses ini adalah meringankan beban preflash furnace dengan memanfaatkan aliran panas yang tersedia. Pre-flash Distillation: Rangkaian proses distilasi dengan tujuan memisahkan komponen-komponen ringan crude oil, seperti ligth ends dan light naphtha berdasarkan perbedaan titik didihnya, sehingga beban atmospheric distillation dapat berkurang. Atmospheric Distillation Unit: Rangkaian proses pemisahan crude oil menjadi fraksi-fraksinya berdasarkan titik didihnya pada tekanan operasi atmosferik dengan media pemanas berupa open steam. Vacuum Distillation Unit: Rangkaian proses pemisahan atmospheric residue menjadi fraksi-fraksinya berdasarkan titik didihnya pada tekanan operasi vakum dengan media pemanas berupa open steam dan dilengkapi steam ejector untuk memvakumkan.
Berdasarkan analisis ekonomi, laju pengembalian modal (IRR) pabrik ini sebesar 31% pada tingkat suku bunga 8% per-tahun dan laju inflasi sebesar 1,33% per-tahun. Sedangkan untuk waktu pengembalian modal (POT) adalah 4,5 tahun dan titik impas (BEP) sebesar 48% melalui cara linear. Umur dari pabrik selama 10 tahun dan masa konstruksi selama 2 tahun. Untuk mengolah 10.000 barrel crude oil per-hari menjadi beberapa produk diperlukan biaya total produksi (TPC) sebesar Rp 2.860.622.227.383,26 dengan biaya investasi total Rp 647.051.148.224,69 dan total hasil penjualan sebesar Rp 3.242.402.437.820/tahun. Dengan memperhitungkan aspek penilaian analisa ekonomi dan teknisnya, maka Pabrik Kilang Minyak Mini ini layak untuk didirikan.
================================================================================================
Indonesia is one of the countries with abundant natural resources. In addition, Indonesia's population is also the fourth most populous in the world. This has an impact on the high energy demand in Indonesia, which is using fossil fuels as primary energy sources such as oil and gas to meeting domestic energy needs. Indonesia has oil and gas reserves scattered in almost every island. Several oil and gas reserves in Indonesia have not been exploited properly due to unfavorable geographical conditions or the relatively small content in these sources so that they cannot be processed commercially. Oil production over the past 10 years has shown a downward trend, from 346 million barrels (949 thousand bpd) in 2009 to around 283 million barrels (778 thousand bpd) in 2018. The decline in production was due to the main oil producing wells generally old, while the production of new wells is still limited. Indonesia’s dependence on imports reaches around 35%. One of the plausible solution is to build new developed refineries and mini refineries to maximize the potential of existing oil reserves, reach remote areas, and meet domestic needs.
The construction of a mini refinery has many advantages, such as shorter design and construction time, improved quality control, smaller energy consumption, does not require a large area, makes it easier to improve work safety and many others. The construction of a mini refinery, located close to the production field, is effective in increasing the economy of marginal fields because it is able to eliminate various costs that previously occurred with transportation mechanisms by pipeline or trucking. These costs include:
1) Transportation Costs, costs incurred by oil companies (KKKS) to distribute crude ready for lifting from production facilities to terminals/lifting points.
2) Storage Cost, cost incurred by KKKS to store/hoard crude that is ready to be lifted up to the time of lifting.
3) Losses Cost, total cost of a number of lost crude volumes caused by the transportation and storage process compared to crude production in one year.
4) Operational Cost, which is the cost to operate the terminal at the lifting point.
This factory is planned to operate continuously 24 hours for 330 days per year with a production capacity of 10,000 barrels per day of crude oil. The source of crude oil comes from the Belida Block in South Sumatra.
The refining process at this mini oil refinery is divided into 4 main process: (1) Crude Preheating: a series of stratified crude oil heating processes by utilizing the heat generated by atmospheric distillation products. The purpose of this process is to lighten the load of the preflash furnace by utilizing the available heat flow, (2) Pre-flash Distillation: A series of distillation processes with the aim of separating light components of crude oil, such as light ends and light naphtha based on differences in their boiling points, so that the atmospheric distillation load can be reduced, (3) Atmospheric Distillation Unit: a series of processes for separating crude oil into its fractions based on its boiling point at atmospheric operating pressure with the heating medium in the form of open steam, and (4) Vacuum Distillation Unit: a series of processes for separating atmospheric residue into its fractions based on their boiling point at vacuum operating pressure using open steam heating media and equipped with a steam ejector for vacuuming.
Based on economic analysis, the rate of return on capital (IRR) of this factory is 31% at an interest rate of 8% per year and an inflation rate of 1.33% per year. Meanwhile, the payback period (POT) is 4.5 years and the break-even point (BEP) is 48% in a linear way. The operation time of the factory is 10 years and the construction period is 2 years. To process 10,000 barrels of crude oil per day into several products, it requires a total production cost (TPC) of Rp. 2,860,622,227,383.26 with a total investment cost of Rp. 647,051,148,224.69 and total sales of Rp. 3,242,402,437,820/ year. By considering the aspects of the economic and technical analysis assessment, the Mini Oil Refinery Plant is feasible to be established.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | atmospheric distillation unit, crude oil, mini refinery, pre-flash distillation unit, vacuum distillation unit |
Subjects: | T Technology > TP Chemical technology > TP155.5 Chemical plants--Design and construction |
Divisions: | Faculty of Industrial Technology and Systems Engineering (INDSYS) > Chemical Engineering > 24201-(S1) Undergraduate Thesis |
Depositing User: | Santi Puspita Sanjaya |
Date Deposited: | 24 Aug 2021 09:28 |
Last Modified: | 24 Aug 2021 09:28 |
URI: | http://repository.its.ac.id/id/eprint/89132 |
Actions (login required)
View Item |